Senin, 28 September 2015

DEMAM TYPHOID / DEMAM TIFUS

Haloooo Sobat Positif....!!! Berbagi info yukkks !!
Kali ini saya mau coba berbagi info tentang penyakit yang memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, bahkan mungkin kita pernah menderita penyakit tersebut. 
Penyakit apa hayooo????
Yups tepat sekali Demam Thypoid atau Tifus,,,
Check This Out..!!!



DEMAM TYPHOID
  • Pengertian
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Ngastiyah, 2005).


  •  Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi. Sementara demam para typhoid yang gejalanya mirip dengan demam typhoid namun lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam typhoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam typhoid dan mereka yang diketahui sebagai carrier. 

Walaupun telah diobati dengan antibiotik, sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam typhoid akan tetap menyimpan bakteri Salmonella di dalam usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-tahun. Orang ini disebut sebagai carrier kronis yang dapat menyebarkan bakteri melalui tinja mereka dan dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai bahwa seorang carrier tidak memiliki gejala demam typhoid. Penularan yang paling berbahaya adalah dari tinja. (Prof. Sri, http://www.medicastore.com) 

  • Patogenesis
Masuknya kuman salmonella typhi dan salmonella paratyphi kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (lgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan di fagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutanya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimitomatik) dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atu ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi, mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik. 

Di dalam hati, kuman masuk kedalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermittent dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalm sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif, maka saat fagositosis kuman salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vascular, gangguan mental dan koagulasi.

Didalam plague peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan (S.thypi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, sehingga dapat mengakibatkan perforasi. (Djoko widodo, 2006)

  • Tanda dan Gejala
Masa tunas demam typhoid berlangsung antra 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat. Dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epitaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hari hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relative (bradikardia relative adalah peningkatan suhu10 oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor) hepatomegali, stupor, koma, delirium, atau psikosis. (Djoko widodo, 2006)

  • Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangan bermanfaat agar bisa dilakukan terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi dini. Walupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis. 
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegekan diagnosis typhoid adalah sebagai berikut :
  1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leucopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau Leukositosis. Leukosistosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan Trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi Aneosinofilia. Laju endap darah pada demam typhoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT, seringkali meningkat tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.

    2.   Uji Widal

Uji widal dilakukan untuk antibody terhadap kuman S.Typhy. Pada uji widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.Typhi dengan antibody yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin paad penderita demam typhoid yaitu : 
a). Aglutinin O (dari tubuh kuman), 
b). Aglutinin H (Flagela kuman), 
c). Aglutinin Vi (simpai kuman). 
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. Pembentukan agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbil agglutinin O, kemudian diikuti dengan agglutinin H. Pada orang yang telah sembuh agglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan agglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit.


      3.   Kultur Darah


Hasil biakan darah yang positif memastikan demam typhoid, akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal berikut:

Telah mendapat terapi antibiotik. bila sebelum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil mungkin negatif.]
 Volum darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc darah). Bila darah yang dibiakan terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif. Darah yang diambi lsebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalam media cair empedu untuk pertumbuhan kuman. 
 Riwayat vaksinasi. Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibody hingga biakan darah dapat negative, 4). saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat agglutinin semakin meningkat. (Djoko widodo, 2006) 


  • Komplikasi

Pada usus halus (umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering kali fatal)
Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak maka terjadi melena. Dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
Perforasi usus, Timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan jika terdapat udara dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
Peritonitis, Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defence musculair). 
Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteriemia), yaitu meningitis kolesistitis, ensefalopati, dan lain-lain. Terjadi infeksi skunder, yaitu bronkopneumonia. (Ngastiyah, 2005).


  • Penatalaksanaan
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai tifus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut: 
Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
Perawatan yang baik untuk menghidari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain. 
Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.
Diet, makanan harus cukup mengandung cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mangandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari, Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan napsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg BB/hari (maksimum 2 gr/hari) diberikan 4 kali sehari peroral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti body kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.
Bila terdapat komplikasi terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya. (Ngastiah 2005).
Pemberian Antimikroba Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam typhoid adalah sebagai berikut :
1 Kloramfenikol. Di Indonesia Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk mengobati demam typhoid. Dosis yang diberikan adalah 4x500 mg per hari dapat diberikan secara per oral atau intravena. Diberiakn sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan intramuscular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan demam rata-rata 7,2 hari. Penulis lain menyebutkan penurunan demam dapat terjadi rata-rata setelah hari ke-5.
Tiamfenikol. Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam typhoid hamper sama dengan Kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematology seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4x500 mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai hari ke-6. 
 Ampisillin dan Amoksisillin. Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang diberikan dianjurakan berkisar antara 50-150 mg/kg/BB dan digunakan selama 2 minggu. 
 Sefalosporin Generasi Ketiga. Hingga kini golongan ini yang terbukti efektif untuk demam typhoid adalah seftriakson, dosis yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5 hari.
Golongan Fluorokuinolon. 
Beberapa jenis bahan sediaan dan aturan pemberiannya:
a. Norfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari 
b. Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari
c. Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d. Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari 
e. Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari. (Djoko Widodo, 2006).

  • Cara Penularan
Penularan penyakit demam typhoid pada umumnya disebabkan melalui makanan ataupun minuman yang sudah tercemar oleh agen penyakit tersebut. (http://www.resep.web.id) 
Cara utama penularan demam thypoid adalah melalui fekal-oral (fecal-oral route). Serangga yang terbang dan memakan kotoran yang membawa bakteri tersebut akan memindahkan bakteri ini kepada makanan maupun minuman. 
Seseorang mampu menjadi pembawa penyakit (asymptomatic carrier) demam typhoid, tanpa menunjukkan tanda gejala, tetapi mampu menulari orang lain. Menurut Pusat Pengawasan Penyakit (Centers for Disease Control) diperkirakan 1 dari 20 orang yang tertular demam typhoid masih membawa penyakit demam typhoid sesudah sembuh. (http://www.medicine.ukm.my). 

  •  Upaya Pencegahan
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni: 
  1.  Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam typhoid. 
  2.  Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan. 
  3.  Cuci tangan
  • Cuci Tangan
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam typhoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan dengan air (diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet.
 Hindari air minum yang tidak dimasak. Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik typhoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Bersihkan seluruh bagian luar botol atau kaleng sebelum membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi. 
 Tidak perlu menghindari sayuran mentah
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas. 
 Pilih makanan yang masih panas
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.
 Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin, Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yakni:
  •  Vaksin oral Ty 21a
Vaksin yang mengandung Salmonella typhi galur Ty 21a. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu, 1 jam sebelum makan. Vaksin ini dikontraindikasikan pada wanita hamil, menyusui, penderita imunokompromais, sedang demam, sedang minum antibiotik, dan anak kecil 6 tahun. Lama proteksi dilaporkan 5 tahun.
  •  Vaksin parenteral sel utuh
Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi yang dimatikan yang mengandung kurang lebih 1 milyar kuman setiap mililiternya. Dosis untuk dewasa 0,5 mL; anak 6-12 tahun 0,25 mL; dan anak 1-5 tahun 0,1 mL yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping yang dilaporkan adalah demam, nyeri kepala, lesu, dan bengkak dengan nyeri pada tempat suntikan. Vaksin ini di kontraindikasikan pada keadaan demam, hamil, dan riwayat demam pada pemberian pertama. Vaksin ini sudah tidak beredar lagi, mengingat efek samping yang ditimbulkan dan lama perlindungan yang pendek. 
  •  Vaksin polisakarida
Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella. Mempunyai daya proteksi 60-70 persen pada orang dewasa dan anak di atas 5 tahun. Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,5 mL yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam buffer fenol isotonik. Vaksin diberikan secara intramuskular dan diperlukan pengulangan (booster) setiap 3 tahun. Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam, dan anak kecil 2 tahun. 

  •  Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Typhoid
Sampai saat ini demam typhoid masih merupakan masalah kesehatan, hal ini disebab kan oleh karena sanitasi lingkungan yang kurang bersih, pemyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. ( dr. T.H. Rampengan & dr. I.R. Laurentz 1995).
  1. Personal Hygien

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. 

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh buruknya personal hygien seseorang adalah penyakit kulit dan penyakit infeksi yang penularanya melalui oral fekal diantaranya yaitu diare, tifus abdominalis dll. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi yang penularanya melalui oral fekal, hal ini erat kaitanya dengan kebiasaan mencuci tangan. kebiasaan makan yang tidak mempertimbangkan faktor kebersihan dan tidak terbiasanya mencuci tangan sebelum makan. merupakan faktor resiko seseorang untuk terjangkit demam thypoid. (Tanty Handayani, http://www.medicastore.com)

      2.  Sanitasi lingkungan

sanitasi lingkungan dapat didefinisikan sebagai upaya manusia untuk mengelola limbah yang dihasilkannya, yaitu air kencing dan feses. Pengelolaan limbah manusia ini biasanya dilakukan dengan membangun fasilitas seperti kamar mandi dan toilet. Selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, sanitasi tidak hanya terkait dengan limbah yang dihasilkan oleh manusia namun juga mencakup sanitasi lingkungan yang terkait dengan pengelolaan limbah rumah tangga dan limbah dari aktivitas yang lain seperti aktivitas industri dan pertanian. Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk, maka limbah yang dihasilkan oleh manusia juga makin meningkat, dan jika tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak merugikan terutama terkait dengan permasalahan kesehatan. (Purwanti Sri Pudyastuti, www. wordpers.com)
Menurut Notoadmojo sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya. 

keadaan ekonomi yang buruk sebagai dampak dari penurunan produktivitas keluarga karena serangan penyakit infeksi akibat buruknya sanitasi. (http://www.kalbe.co.id) Lebih dari 30 ribu desa di Indonesia kondisi sanitasinya sangat memprihatinkan. Tak mengherankan bila sering muncul penyakit terkait sanitasi seperti diare, kolera, dan typhoid. (http://www.depkes.go.id/)

Di Indonesia, demam typhoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam typhoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor resiko untuk terjadinya demam typhoid. (http://www.medicastore.com). 

         3.  Tingkat Pendidikan 


Tingkat pendidikan merupakan tolak ukur seseorang tentang potensi dan pengetahuannya terhadap ilmu pengetahuan. Tingginya kejadian penyakit-penyakit infeksi di negara – negara berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya. Dalam sistim pendidikan nasional mulai tahun 1992 dicanangkan wajib belajar 9 tahun untuk sekolah dasar dan pendidikan lanjutan. (Depkes,1992)
Kemudian ditetapkan jenjang pendidikan formal yang ada :
1. Sekolah Dasar dan Pendidikan sederajat.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Pendidikan Sederajat.
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Sederajat
4. Perguruan Tinggi


           4.  Status Ekonomi

Kata ekonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan. Jadi ekonomi adalah aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga ( sadono, supirno: 1992).
Penggolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status ekonomi menurut N. Loliwa (1992 : 2 ) di bedakan dalam 3 tingkat :
 Upper class ( tingkat atas )
Mereka yang berada pada lapisan ini umumnya tingkat pendapatannya tinggi, mereka juga memiliki benda-benda berharga seperti uang, tanah, emas, mobil, dan sebagainya. Pekerjaan mereka seperti wiraswasta, manager, bankir, dan lain-lain
Middle class ( tingkatan menengah )
Mereka yang ada pada lapisan ini tingkat pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi pemilikan barang-barang berharga terbatas sebagai tabungan. Pekerjaan umumnya pegawai negeri, atau swasta, pedagang dan lain-lain.
Pada lapisan ini tingkat pendapatannya rendah dan tetap karena pekerjaan mereka juga tidak tetap. Biasanya mereka sebagai buruh, pedagang kecil dan lain-lain.
Sedangkan Menurut Alam S (2008) Tingkatan Ekonomi diklasifikasikan sebagai berikut :
- Ekonomi rendah, bila penghasilan keluarga / bulan < Rp 700.000,- - Ekonomi sedang, bila penghasilan keluarga / bulan antara Rp 700.000,-7.000.000-, - Ekonomi tinggi, bila penghasilan keluarga / bulan > Rp 7.000.000,-
Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting di banyak negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah, 
(http://nawalahusada, wordpress.com)

  • Anak yang menderita typhoid
 Pengertian anak

Anak adalah manusia yang masih kecil. (KBBI 2002). Setiap anak manusia akan mengalami proses tumbuh kembang seiring bertambahnya usia, menurut Dr. Soetjiningsih mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan.
Pembagian masa anak menurut Gunarsa :
a. Masa balita, pra sekolah (umur 2-5 tahun)
b. Masa anak sekolah (umur 6-12 tahun)
c. Masa pra remaja (umur 10-12 tahun)

 
Anak yang menderita typhoid

Anak merupakan yang paling rentan terkena demam typhoid walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun. Kelompok umur ini merupakan kelompok khusus di masyarakat yaitu kelompok anak sekolah, yang kemungkinan besar sering jajan di sekolah atau di tempat lain di luar rumah. Dengan demikian dapat diduga bahwa penularan penyakit ini terjadi pada golongan ini melalui jajan sembarangan di sekolah atau di tempat lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penularan kemungkinan besar terjadi di luar rumah. Hal ini memberi isyarat bahwa pengawasan kesehatan pada penjual makanan jajanan perlu mendapat perhatian dan bimbingan dari para petugas kesehatan terkait. (Prof. Sri,. http://www.medicastore.com) 

Gejala klinis demam typhoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-14 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan lemas dan lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian disusul gejala klinis, yaitu :


Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

Gangguan pada saluran pencernaan
Pada penderita demam typhoid dapat ditemukan bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tounge) dengan pinggir yang hiperemis, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

Gangguan Kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi stupor, koma atau gelisah.2.
Penatalaksanaan Anak Dengan Thypoid
Prinsip penatalaksanaan demam typhoid masih menganut trilogi penatalaksanaan yang meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (baik simptomatik maupun suportif), serta pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi demam tifoid yang meliputi komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal.
 Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
  • Diet dan Terapi Penunjang

Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
- Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.
- Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare. 
- Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual lagi
Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid adalah:
  • Kloramfenikol
Di Indonesia Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk mengobati demam typhoid. Dosis yang diberikan adalah 4x500 mg per hari dapat diberikan secara per oral atau intravena. Diberiakn sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan intramuscular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan demam rata-rata 7,2 hari. Penulis lain menyebutkan penurunan demam dapat terjadi rata-rata setelah hari ke-5.
  • Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam typhoid hamper sama dengan Kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematology seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4x500 mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai hari ke-6. 
Ampisillin dan Amoksisillin
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang diberikan dianjurakan berkisar antara 50-150 mg/kg/BB dan digunakan selama 2 minggu
  •  Sefalosporin Generasi Ketiga
Hingga kini golongan ini yang terbukti efektif untuk demam typhoid adalah seftriakson, dosis yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5 hari.
  •  Golongan Fluorokuinolon
Beberapa jenis bahan sediaan dan aturan pemberiannya:
f. Norfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari 
g. Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari
h. Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
i. Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari 
j. Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari. (Djoko Widodo, 2006).

Mohon Kritik dan Saranya ya Sobat Positif.
Thanksss

1 komentar: